Sekarang saya akan
membahas salah satu film pendek lagi dari masterpiece Bapak Sayaiful Halim yang
berjudul “Atjeh Lon Sayang”. Film pendek ini berkisah mengenai bagaimana
situasi pasca bencana yang maha besar yang dialami Aceh pada tanggal 26
Desember 2004. Ketika itu negeri Serambi Mekah terseret arus tsunami yang maha
dasyat yang memporak porandakan seluruh isi wilayah tersebut. Jerit tangis
terdengar diseluruh daratan, gedung – gedung hancur dalam hitungan menit,
ratusan ribu mayat tergeletak diberbagai tempat, dan semua tampak rata menjadi
daratan. Seluruh penduduk Indonesia bahkan dunia tersentak dengan berita yang
dialami negeri Aceh seakan mustahil terjadi. Dan peristiwa itu hanya menyisakan
sebuah mesjid yang kokoh berdiri yang dikelilingi oleh daratan yang rata dengan
tanah dan sampah-sampah hasil hempasan ombak maha dasyat.
Film ini lebih
menceritakan bagaimana keadaan Negeri Aceh setelah peristiwa tersebut,
bagaimana proses untuk membuat masyarakat bangkit dari keterpurukan dan yang
penting bagaimana cara menyembuhkan trauma generasi muda untuk dapat membantu
membangun Aceh yang baru dan dalam film ini diwakilkan oleh seorang anak
bernama Munawar yang kehilangan orang tuanya pada peristiwa tersebut. Munawar
ingin menyampaikan kesedihannya dengan cara menceritakan dengan runtut
peristiwa yang terjadi pada saat itu yang merenggut nyawa orang tuanya. Munawar
kini tinggal disebuah pesantren asuhan Ustadz Tengku Abdul Razak. Ustadz Tengku
Abdul Razak juga adalah korban dari peristiwa yang telah terjadi. Dia adalah
pengurus dari Dayah atau pesantren Daruz Zahiddin. Kini dia menampung seluruh
anak – anak korban tsunami yang tidak memiliki siapa – siapa lagi dalam
hidupnya. Dia mencoba untuk menghilangkan trauma anak anak yang tinggal di
pesantrennya dan percaya bahwa Aceh akan bangkit secepatnya. Selain itu ada
tokoh lain dalam film ini, yaitu Teuku Reza Indria. Dia merupakan seorang
seniman seniman dan dia merupakam bagian dari kelompok "Bangkit
Aceh". Dia dengan kelompoknya selalu memberikan dukungan untuk membangun
kembali mental dan juga menyembuhkan trauma masyarakat Aceh agar Aceh dapat
bangkit kembali seperti sebelumnya.
Dari film ini banyak
sekali pelajaran yang kita ambil, yaitu kita harus bersabar dan tidak pernah
berputus asa dengan musibah yang telah terjadi. Allah juga telah merencanakan
jalan lain yang lebih baik untuk kita. Mungkin musibah tersebut merupakan
teguran dari Sang Maha Pencipta agar kita selalu mengingat-Nya karena kita mungkin
sempat menjauh dari-Nya. Selain itu kita juga harus saling peduli dan saling
membantu kepada semua orang.
Dari segi teknis
pembuatan filmnya, film ini lebih menekankan pada 3 tokoh utamanya, dan ingin
menjelaskan secara terperinci kegiatan yang dilakukannya. Dengan diselingin
oleh cuplikan kejadian pada saat tsunami melanda Aceh dan dengan ditambahkan
lagu daerah Aceh itu menambah menarik film ini sehingga penonton yang
menyaksikan secara tidak langsung dibawa untuk merasakan penderitaan yang
dialami masyarakat Aceh. Jadi banyak sekali pelajaran dan juga hikmah yang
dapat kita ambil dalam film ini.
0 comments:
Post a Comment