Pages

3.10.2013

Tumbuh Dari Jeritan Aceh


Sekarang saya akan membahas salah satu film pendek lagi dari masterpiece Bapak Sayaiful Halim yang berjudul “Atjeh Lon Sayang”. Film pendek ini berkisah mengenai bagaimana situasi pasca bencana yang maha besar yang dialami Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Ketika itu negeri Serambi Mekah terseret arus tsunami yang maha dasyat yang memporak porandakan seluruh isi wilayah tersebut. Jerit tangis terdengar diseluruh daratan, gedung – gedung hancur dalam hitungan menit, ratusan ribu mayat tergeletak diberbagai tempat, dan semua tampak rata menjadi daratan. Seluruh penduduk Indonesia bahkan dunia tersentak dengan berita yang dialami negeri Aceh seakan mustahil terjadi. Dan peristiwa itu hanya menyisakan sebuah mesjid yang kokoh berdiri yang dikelilingi oleh daratan yang rata dengan tanah dan sampah-sampah hasil hempasan ombak maha dasyat.
Film ini lebih menceritakan bagaimana keadaan Negeri Aceh setelah peristiwa tersebut, bagaimana proses untuk membuat masyarakat bangkit dari keterpurukan dan yang penting bagaimana cara menyembuhkan trauma generasi muda untuk dapat membantu membangun Aceh yang baru dan dalam film ini diwakilkan oleh seorang anak bernama Munawar yang kehilangan orang tuanya pada peristiwa tersebut. Munawar ingin menyampaikan kesedihannya dengan cara menceritakan dengan runtut peristiwa yang terjadi pada saat itu yang merenggut nyawa orang tuanya. Munawar kini tinggal disebuah pesantren asuhan Ustadz Tengku Abdul Razak. Ustadz Tengku Abdul Razak juga adalah korban dari peristiwa yang telah terjadi. Dia adalah pengurus dari Dayah atau pesantren Daruz Zahiddin. Kini dia menampung seluruh anak – anak korban tsunami yang tidak memiliki siapa – siapa lagi dalam hidupnya. Dia mencoba untuk menghilangkan trauma anak anak yang tinggal di pesantrennya dan percaya bahwa Aceh akan bangkit secepatnya. Selain itu ada tokoh lain dalam film ini, yaitu Teuku Reza Indria. Dia merupakan seorang seniman seniman dan dia merupakam bagian dari kelompok "Bangkit Aceh". Dia dengan kelompoknya selalu memberikan dukungan untuk membangun kembali mental dan juga menyembuhkan trauma masyarakat Aceh agar Aceh dapat bangkit kembali seperti sebelumnya.
Dari film ini banyak sekali pelajaran yang kita ambil, yaitu kita harus bersabar dan tidak pernah berputus asa dengan musibah yang telah terjadi. Allah juga telah merencanakan jalan lain yang lebih baik untuk kita. Mungkin musibah tersebut merupakan teguran dari Sang Maha Pencipta agar kita selalu mengingat-Nya karena kita mungkin sempat menjauh dari-Nya. Selain itu kita juga harus saling peduli dan saling membantu kepada semua orang.
Dari segi teknis pembuatan filmnya, film ini lebih menekankan pada 3 tokoh utamanya, dan ingin menjelaskan secara terperinci kegiatan yang dilakukannya. Dengan diselingin oleh cuplikan kejadian pada saat tsunami melanda Aceh dan dengan ditambahkan lagu daerah Aceh itu menambah menarik film ini sehingga penonton yang menyaksikan secara tidak langsung dibawa untuk merasakan penderitaan yang dialami masyarakat Aceh. Jadi banyak sekali pelajaran dan juga hikmah yang dapat kita ambil dalam film ini.

0 comments:

Post a Comment